Kamis, 17 Maret 2011

chiken soup

Kisah seorang janda miskin




Kisah di musim dingin (true story, seperti temuat dalam Xia Wen Pao, 2007) Siu Lan, seorang janda miskin memiliki seorang putri kecil berumur 7 tahun, Lie Mei. Kemiskinan memaksanya untuk membuat sendiri kue-kue dan menjajakannya di pasar untuk biaya hidup berdua. Hidup penuh kekurangan membuat Lie Mei tidak pernah bermanja-manja pada ibunya, seperti anak kecil lain.

Suatu ketika dimusim dingin, saat selesai membuat kue, Siu Lan melihat keranjang penjaja kuenya sudah rusak berat. Dia berpesan agar Lie Mei menunggu di rumah karena dia akan membeli keranjang kue yang baru. Pulang dari membeli keranjang kue, Siu Lan menemukan pintu rumah tidak terkunci dan Lie Mei tidak ada di rumah. Marahlah Siu Lan.Putrinya benar-benar tidak tahu diri, sudah hidup susah masih juga pergi bermain dengan teman-temannya. Lie Mei tidak menunggu rumah seperti pesannya.

Siu Lan menyusun kue kedalam keranjang, dan pergi keluar rumah untuk menjajakannya. Dinginnya salju yang memenuhi jalan tidak menyurutkan niatnya untuk menjual kue. Bagaimana lagi ? Mereka harus dapat uang untuk makan. Sebagai hukuman bagi Lie Mei, putrinya, pintu rumah dikunci Siu Lan dari luar agar Lie Mei tidak bisa pulang. Putri kecil itu harus diberi pelajaran, pikirnya geram. Lie Mei sudah berani kurang ajar.

Sepulang menjajakan kue, Siu Lan menemukan Lie Mei, gadis kecil itu tergeletak di depan pintu. Siu Lan berlari memeluk Lie Mei yang membeku dan sudah tidak bernyawa. Siu Lan berteriak membelah kebekuan salju dan menangis meraung-raung, tapi Lie Mei tetap tidak bergerak. Dengan segera, Siu Lan membopong Lie Mei masuk ke rumah.

Siu Lan menggoncang- goncangkan tubuh beku putri kecilnya sambil meneriakkan nama Lie Mei. Tiba-tiba jatuh sebuah bungkusan kecil dari tangan Lie Mei. Siu Lan mengambil bungkusan kecil itu, dia membukanya. Isinya sebungkus kecil biskuit yang dibungkus kertas usang. Siu Lan mengenali tulisan pada kertas usang itu adalah tulisan Lie Mei yang masih berantakan namun tetap terbaca *,"Hi..hi..hi. . mama pasti lupa. Ini hari istimewa buat mama. Aku membelikan biskuit kecil ini untuk hadiah. Uangku tidak cukup untuk membeli biskuit ukuran besar. Hi…hi…hi.. mama selamat ulang tahun."*

------------ -------Ingatlah, jangan terlalu cepat menilai seseorang berdasarkan persepsi kita, karena persepsi kita belum tentu benar adanya.




Serangan Seekor Kupu-kupu



Ketika berjalan kaki menyusuri sebuah jalur kecil di samping pepohonan diGeorgia, saya melihat sebuah genangan air di depan saya. Saya mengambil keputusan untuk mengitarinya pada bagian yang tidak becek. Sewaktu saya menghampiri genangan itu, tiba-tiba saya diserang!
Saya tidak menghindar karena serangan itu begitu tiba-tiba dan datang dari sumber yang sangat tak terduga.

Saya terkejut namun tidak terluka sekalipun sudah diserang empat atau lima kali. Saya mundur selangkah dan penyerang saya berhenti menyerang. Penyerang itu melayang di udara; dia adalah seekor kupu- kupu dengan sayapnya yang indah. Seandainya saya terluka saya tidak akan menganggap kejadian itu menakjubkan. Tentu saja saya tidak terluka, dan saya tertawa melihatnya.


Setelah berhenti tertawa, saya melangkah maju lagi. Penyerang saya kembali menyerang saya. Ia menabrakkan dirinya pada dada saya, menyerang saya
berkali-kali dengan segenap kekuatannya, berusaha mendorong saya. Untuk kedua kalinya, saya mundur selangkah sementara kupu-kupu itu berhenti.
Lalu saya maju lagi, dan dia pun kembali menyerang. Saya diserang pada dada saya. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan kecuali mundur
lagi. Lagipula, tidak setiap hari saya bisa mengalah bertarung dengan seekor kupu-kupu.

Kali ini, saya mundur beberapa langkah ke arah lain untuk melihat mengapa kupu-kupu itu menyerang saya. Dia terbang merendah dan kemudian mendarat
di tanah kering di samping genangan air tadi. Saat itulah saya menyadari mengapa dia tadi menyerang saya. Kupu-kupu itu mendarat dekat seekor
kupu-kupu lain yang kemungkinan adalah pasangannya, dan pasangannya itu sedang sekarat. Berdiam di dekat pasangannya, kupu-kupu itu membuka dan
menutup sayapnya seolah-olah untuk mengipasinya. Saya hanya dapat mengagumi kasih dan keberanian kupu-kupu itu untuk menjaga pasangannya.
Kupu-kupu itu berani menyerang saya demi hidup pasangannya, sekalipun sudah jelas bahwa pasangannya sebentar lagi akan mati dan saya begitu besar
untuk dihadapi. Dia melakukan hal itu agar pasangan mendapatkan sedikit perpanjangan waktu untuk hidup, karena jika tidak saya sudah akan menginjaknya tadi.

Sekarang saya tahu untuk siapa dan mengapa ia bertaruh nyawa seperti itu.
Cuma ada satu pilihan bagi saya. Perlahan-lahan saya mengambil jalur yang lain, sekalipun jalur itu sangat becek dan berlumpur. Keberanian kupu-kupu
itu untuk menyerang sesuatu yang ribuan kali lebih besar dan lebih berat dari dirinya sendiri demi keamanan pasangannya telah menggugah hati saya.
Saya tidak dapat melakukan hal yang lain kecuali memilih jalan yang kotor dan membiarkan kupu-kupu itu menemani pasangannya yang tengah sekarat. Dia
layak untuk menghabiskan waktu-waktu terakhir bersama pasangannya tanpa diganggu oleh saya. Setelah meninggalkan mereka, saya membersihkan sepatu
saya yang kotor dan segera menuju ke mobil.

Sejak saat itu, saya selalu berusaha untuk mengingat keberanian kupu-kupu itu setiap kali saya melihat masalah menghadapi saya. Saya menggunakan
keberanian kupu-kupu itu sebagai inspirasi dan untuk mengingatkan saya bahwa hal-hal yang baik patut untuk diperjuangkan sekuat tenaga.


---
David L. Kuzminski
0

Tidak ada komentar:

Posting Komentar